Rabu, 23 November 2011
MEMELIHARA DIRI
Dan wajib bagimu memelihara diri (wara’) dari segala sesuatu yang haram dan syubhat karena sesungguhnya wara’ adalah inti dari agama. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “setiap daging yang tumbuh dari makanan haram maka nerakalah bagiannya”. Dan juga bersabda RasuluLlah SAW “barang siapa yang takut terhadap sesuatu yang syubhat, maka sesungguhnya ia telah terpelihara agamanya. Barang siapa yang terjatuh ke dalam syubhat maka ia akan jatuh ke hal yang haram”.
Dan ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang mengambil barang haram dan syubhat maka sedikit sekali diantara mereka yang mampu menetapi amal shalih, dan kalaupun lahiriyah mereka mampu beramal shalih maka tetap saja mereka tidak terlepas dari afat (cacat) pada bathiniyahnya yang dapat merusakkan amal tersebut seperti ujub, riya’ dan lain sebagainya. Maka orang-orang yang memakan harta haram niscaya amal mereka tidak diterima, karena sesungguhnya Allah itu suci dan tidak menerima kecuali amal yang suci. Dan penjelasan dari yang dmeikian ini adalah bahwasanya amal ibadah itu tidak akan terjadi melainkan dengan gerakan anggota badan. Dan gerakan naggota badan tidak akan terjadi melainkan dengan perantaraan makan. Maka apabila yang dimakanan buruk, maka tenaga yang dihasilkan dari makanan tersebut buruklah pula.
Hadits sabda RasuluLlah SAW, “Barang siapa membeli pakaian seharga 10 dirham, dan padanya terdapat 1 dirham dari barang haram maka Allah tidak akan menerima shalatnya”. Jika demikian hukum dari sebuah pakaian yang harganya 10 dirham yang tercampur barang haram, maka bagaimana pula hukumnya apabila keseluruhan dari hal yang haram. Dan jika yang demikian ini hanya dalam masalah pakaian, yang pada dasarnya hanya masalah diluar badan, maka bagaimana pula yang terjadi dengan makanan, yang dapat menyelinap di sela-sela otot dan seluruh anggota badan dan mengalir di dalam tubuh.
Dan ketahuilah sesungguhnya haram itu ada dua macam,
1. Pertama sesuatu itu haram karena keadaan wujudnya memang demikian seperti bangkai, darah dan khamer dan lain sebagainya. Dan yang demikian ini tidak dapat berubah menjadi halal apapun bentuknya kecuali dikarenakan darurat atau terpaksa untuk mempertahankan hidup karena tidak mendapatkan yang lain.
2. Kedua sesuatu itu aslinya halal seperti gandum, air yang suci, akan tetapi menjadi milik orang lain, maka barang tersebut haram bagimu hingga melalui proses yang diatur oleh syari’at agama seperti jual beli, atau pemberian atau diwariskan dan lain sebagainya.
Adapun syubhat maka padanya ada beberapa tingkatan, diantaranya adalah apa yang diayakini keharamnya dan diragukan kehalalannya. Maka inilah syubhat dan hukumnya sebagaimana hukum haram. Dan diantaranya lagi adalah apa yang diyakini kehalalannya akan tetapi diragukan keharamannya. Maka syubhat yang demikian ini meninggalkannya adalah termasuk wara’. Dan diantarnya lagi adalah apa yang diantara keduanya seperti orang yang menimbang adakah ini haram, atau adakah yang demikian ini halal. Maka telah bersabda RasuluLlah SAW, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu”. Dan dapat dijadikan pertanda akan ke-wara’-an seseorang dengan ketelitian dan kepiawaiannya dalam memutuskan sesuatu yang musykil sehingga mas’alah menjadi jelas. Dan tidaklah hamba itu termasuk muttaqiin hingga ia mau meninggalkan sesuatu yang jelas halal karena khawatir dalam memperolehnya terjatuh dalam syubhat dan haram.
Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Tidaklah sampai seorang hamba kepada derajat muttaqiin sehingga ia mau meninggalkan sesuatu yang tidak berbahaya dikarenakan takut di dalamnya terdapat bahaya. Dan telah berkata para sahabat RA, kami meninggalkan 70 bab dari yang halal karena takut terjatuh ke dalam haram. Dan inilah yang terjadi pada zaman dahulu, dan pada saat sekarang ini sukar dicapai hal yang demikian, la haula walaa Quwwata Illa buLlahil ‘Aliyil ‘Adhiim.
Dan wajib bagimu untuk mengetahui segala yang diharamkan Allah kepadamu agar engkau dapat menjauhinya, karena orang yang tidak mengetahui niscaya akan jatuh ke dalamnya. Dan tidaklah tersembunyi lagi bagi orang yang beragama bahwa mengambil yang jelas haramnya seperti memakan sesuatu yang tidak halal untuk dimakan seperti memakan hewan yang jelas ke-haramnya, demikian pula dengan mengambil milik orang lain secara aniaya dengan ghasab atau mencuri, maka sesungguhnya perbuatan yang demikian ini biasa dilakukan oleh penguasa yang zalim atau syaitan yang menyesatkan.
Adapun orang itu apabila dinisbatkan kepada kita terbagi menjadi tiga golongan, yang pertama yaitu orang yang engkau kenal akan kebaikan dan keshalehanya. Maka semua makanan dan apa yang berhubungan dengan mereka adalah baik oleh karena itu tiadalah perlu dipertanyakan perihal asal-usul makanan dan apa yang ada kepada mereka. Kedua, orang yang tiada engkau kenal, dan engkau tiada mengetahui apakah ia termasuk orang baik-baik atau jahat. Oleh karena itu apabila engkau ingin berhubungan atau menerima hadiah dari mereka, maka termasuk dalam hal menjaga diri / wara’ adalah apabila engkau menanyakan perihal hadiah atau pemberian tersebut akan tetapi dengan cara yang halus sehingga tidak menyinggung perasaannya, sehingga apabila engkau melihat bahwa hatinya akan tersinggung, maka diam (tidak bertanya) itu lebih baik. Ketiga adalah orang yang jelas-jelas engkau ketahui kezalimannya seperti orang yang menjalankan riba dan curang dalam perniagaannya dan tiada peduli dari mana dan bagaimana ia mendapatkan harta, maka sudah seharusnya apa yang dari mereka itu ditinggalkan dan dahulukan meneliti dan menanyakan hakikat harta yang diterima dari mereka. Maka semua ini adalah wara’ ya’ni mengetahui bahwa halalnya sesuatu yang berada di tangan merupakan hal yang sangat penting. Maka pada kondisi ini mewajibkan bagimu untuk berhati hati, apabila sampai kepadamu harta yang haram atau syubhat maka dengan tegas engkau menolaknya.
Dan takutlah dengan sebenar-benar takut akan riba karena sesungguhnya itu termasuk sebesar-besar dosa. Telah berfirman Allah Ta’ala, “
يا ايها الد ْين أمنوا اتقواالله ودْرواما بقي من الربى انكنتم مؤمنين ~
فان لم تفعلوا فاء دْ نوا بحرب من الله ورسوله
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
Dan sesungguhnya RasuluLlah SAW telah memastikan bahwa memakan riba dan penulis dan saksinya dan sejumlah sabda beliau menerangkan bahwa semua itu adalah haram. Dan sesungguhnya haram menjual mata uang dengan mata uang yang sejenis, demikian pula emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum sejenis. Akan tetapi apabila tidak sejenis macamnya seperti emas dengan perak, kurma dengan gandum maka boleh dilakukan.
Dan tidaklah termasuk riba jual beli hewan dengan hewan, pakaian dengan pakaian, makanan dengan uang. Dan takutlah kamu melakukan الاحتكار yaitu membeli bahan makanan pokok yang sangat dibutuhkan orang banyak kemudian menyimpannya dengan niat akan menjualnya dengan harga tinggi sehingga mendapat keuntungan yang banyak.
Perkara selanjutnya, adalah terpikat oleh syahwat duniawi dan selalu berusaha meraih kelezatan-kelezatannya, dan pada saat itu juga sifat الورع menjadi sukar untuk dilaksanakan dan dengan seketika keadaan hatinya menjadi sempit. Sesungguhnya yang demikian ini adalah termasuk berlebih-lebihan, dan sesuatu yang halal tidaklah mengandung unsur berlebih-lebihan. Dan orang yang maksud tujuannya tentang dunia hanya sekedar mencukupi kebutuhan pokoknya dan menjaga sikap الورع , maka hatinya akan selalu bergembira dan lapang. Telah berkata Hujatul Islam Imam Al-Ghazali (semoga Allah merahmatinya) “Apabila dalam setahun engkau sudah puas قنعة dengan baju (pakaian) yang kasar dan dalam sehari semalam sudah merasa puas dengan dua potong roti maka tidak akan sulit bagimu memperoleh sesuatu yang halal yang menuckupkanmu”. Karena sesungguhnya barang yang halal itu banyak sekali macamnya oleh karena itu wajib bagi kamu utuk menjaga dari sesuatu yang engkau ketahui bahwa itu haram. Apabila keras keinginan hatimu untuk mendapatkan sesuatu yang engkau sukai maka termasuk wara’ adalah menjauhinya meskipun secara lahiriyah diketahui bahwa itu halal karena dosa itu biasanya yang mengeraskan hati dan membuat bimbang di dalam dada meskipun orang lain memberikan fatwa tentang kehalalannya. Dan yang demikian ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki mata hati yang terang.
Dan janganlah kita mengira bahwa wara’ itu hanya terbatas pada makanan dan pakaian saja akan tetapi umum pada segala hal. Dan sebaiknya apabila ditanganmu ada sesuatu yang halal lagi bagus, atau halal akan tetapi syubhat maka pilihlah sesuatu yang halal dan bagus, karena suatu rumah dengan hidangan makanan yang halal lagi bagus maka akan besar bekasnya pada menjernihkan hati penghuninya.
Rabu, 09 November 2011
Permasalahan kali ini yang saya ingin bahas adalah permasalahan seorang anak yang manja dan kurang mandiri. Orang tua
sering mengeluhkan kepada saya. Aduh anak saya ini kurang mandiri,
gimana caranya ya membuat dia mandiri. Kayaknya dia ini terlalu manja
dech. Saya dulu dibesarkan orang tua
dengan ekonomi yang pas-pasan. Akhirnya saya jadi berjuang sendiri
untuk melakukan segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu enak.
Biasanya ketika orang tua
mulai mengeluhkan seperti itu, saya hanya berbalik menanyakan kepada
mereka. “Pak, Bu.. sebenarnya Anda sudah tahu kan jawabannya harus
bagaimana?”, “Lho maksud Anda bagaimana?” Mereka balik bertanya, “tadi
Bapak Ibu sudah mengatakan bahwa ketika Anda dulu di besarkan pas-pasan
dan Anda harus melakukannya semua sendiri. Dan anak Anda sekarang
terlalu nyaman karena semua sudah Anda sediakan. Justru itulah
permasalahannya, Anda menyediakan segala sesuatunya bagi anak Anda tanpa
membuat dia berjuang. Anda sudah tahu permasalahannya tapi Anda masih
lakukan”. Mereka mulai menyadari permasalahannya sekarang. “Tapi
bagaimana lagi kan kasihan? Daripada dia repot-repot”. Justru itulah
permasalahannya, kita tidak mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu
tidak membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu
di jalaninya agar dia bisa mengembangkan dirinya.
Anak-anak yang kurang mandiri dan manja,
adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Anda perlu tahu
bahwa pada satu tahap perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap
dimana mereka ingin otonomi lebih besar. Ini dimulai ketika mereka
berusia 2 atau 3 tahun. Dia ingin melakukan sesuatu saat itu. Tetapi
biasanya kita orang tua
terkadang terlalu melindungi anak. Ketika dia ingin memanjat kursi,
kita larang dia, “jangan nanti jatuh”. Ketika dia memegang sesuatu tidak
kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya. Nah, akhirnya
anak ini menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan atau apa
yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun
maka kita sudah mulai membentuk sebuah pola dalam diri anak kita. Untuk
menjadi pasif dan tidak mandiri. Cobalah Anda memberikan sebuah latihan
agar anak-anak mengerjakan sendiri.
Jika Anda mempunyai anak yang sudah
menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan bawakan tasnya ketika dia turun
dari mobil. Anda mungkin berpendapat, “aduh.. saya kan harus berangkat
kerja, kalau tunggu dia lama banget”. Itu tidak boleh di lakukan. Anda
bisa berangkat lebih awal jika Anda tahu itu akan membuat Anda terlambat
dan biarkan dia bawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya
karena kita tidak mau repot akhirnya “udah sini tak bawain sudah masuk
di kelas”. Itulah hal-hal kecil yang membuat anak Anda jadi kurang
mandiri. Jika dia sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk
makan ke tempat cucian, biar dia melakukannya. “Lho.. kalau begitu apa
gunanya pembantu yang saya bayar”. Justru itulah masalahnya Anda tidak
memberikan kesempatan anak Anda untuk mengembangkan dirinya. Semua itu
perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah
proses. Sama seperti ketika dulu kita di besarkan oleh kondisi susah
payah oleh orang tua kita. Saat itu orang tua
kita mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut pada kita. Bahkan
mungkin mereka merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik
mungkin. Tetapi justru itulah yang baik ternyata bagi kita, bagi
perkembangan kita. Kita akhirnya menjadi seorang yang mandiri. Dan
kemudian ketika kita sekarang sudah menjadi orang yang berhasil kita
tidak melakukan itu pada anak, dengan alasan kasian.
Para pembaca yang budiman, inilah permasalahannya kita harus melatih anak kita untuk memiliki karakter
mandiri. Kita harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya
untuk mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang
sangat-sangat berguna bagi perkembangan karakternya. Ketika seorang
anak mengembalikan piring makannya di tempatnya, mengangkat tasnya
sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau
melakukan kegiatan kecil-kecil maka si anak akan merasakan sebuah harga
diri yang positif. Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang
dewasa yang melakukan hal-hal tersebut. Ini akan membuat percaya dirinya
melambung tinggi. Oleh karena itu berikanlah kesempatan ini pada
anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka bertumbuh
dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai
menginjak masa-masa remaja.
Jadi pastikanlah Anda memberikan suatu
kesempatan pada anak Anda untuk melakukan apa-apa yang dia telah mampu
lakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter mandiri, percaya diri dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.
Langganan:
Postingan (Atom)